Kini, dengan pertolongan Tuhan, aku akan menjadi diriku sendiri”
-Soren Kierkegaard-
Saya mengalami kekecewaan, kecewa ketika mendapatkan sesuatu yang jauh dari harapan,kadang terlalu cemas dengan apa yang orang lain pikirkan dan kebanyakan kekecewaan yang muncul adalah hasil dari kecemasan akan diri sendiri(self-absorption). Bahkan saya kecewa dengan kehidupan saya sebagai anak, adik, kakak, teman dan pacar. Saya merasa terusik ketika orang lain melebihi saya, saya bahkan kecewa ketika saya tidak dapat berdoa lebih lama sebelum pikiran saya membayangkan hal lain yang saya ingin kerjakan, saya pun kecewa dengan diri saya ketika tidak dapat dengan rutin melakukan doa dan perenungan Alkitab.
Dari mana datangnya kekecewaan ini?jawaban umum di jaman ini adalah bahwa kurangnya harga diri, kegagalan untuk menerima diri sendiri. Mungkin ini menjadi sebagian jawabnya, namun jawaban yang lebih tua dan bijak adalah rasa kekecewaan bukanlah masalah, tapi cerminan masalah yang lebih dalam – kegagalan saya menjadi orang yang Tuhan bayangkan ketika Ia menciptakan saya. Itu adalah “pearly ache” dihati saya untuk berada dirumah bersama Bapa
Kekecewaan Universal
Ketika seseorang menerima dirinya apa adanya, dalam pengertian bahwa “Aku, ya Aku” menunjukan penjelasan tentang kekurangan diri kita, yang kadang kita terima sebagai sesuatu yang tidak dapat kita ubah, dan ini menjadi jeritan yang menyedihkan, ini mengungkapkan pergumulan antara kekecewaan dan harapan. Kecewa ketika harus menerima, maupun harapan ketika masih ada kesempatan untuk berubah.
Mengecewakan Tuhan
Dissappiont – diss = berlawanan denga kata yang mengikutinya, appoint = menentukan, jadi disappoint = saya tidak menjalani kehidupan yang ditentukan Tuhan untuk saya jalani – saya melewatkan panggilan saya dan saya mengecewakan Tuhan. Saya menggeser Dia dari posisi sentral yang ingin Ia mainkan dalam hidup saya, dan saya menolak Ia sebagai Tuhan dan mengangkat diri saya untuk menggantikan tempat-Nya. Aku ya AKu.
Tujuan dari pertumbuhan adalah semakin serupa dengan kristus, yakni Yesus lah yang mengendalikan hidup kita, tentu kita yang menjalani hidup, tapi kita memandang segala hal dari sudut pandang Yesus sendiri. Kadang kita pun memandang bahwa kehidupan kerohanian kita terpisah dari kehidupan pekerjaan kita, financial kita dan akhirnya kita sering terjebak dengan pemikiran bahwa membereskan kehidupan rohani terpisah dari bagian yang lain, tapi sebenarnya istilah kehidupan kerohanian hanyalah sebuah cara untuk berbicara tentang kehidupan seseorang – setiap saat dan setiap seginya – dari perspektif Tuhan, dengan kata lain Tuhan tidak tertarik pada kehidupan rohani anda, Ia tertarik dengan hidup anda.
Karya seni Tuhan
Kita diciptakan sebagai adikarya Tuhan. Paulun menulis “karena kita adalah poema Tuhan” – kata yang bisa berarti “Karya tangan” Tuhan atau bahkan “Karya seni” Tuhan. Tuhan menciptakan kita untuk menyadari kesatuan dengan-Nya – untuk memenuhi bumi dan taklukanlah itu, untuk berkuasa. Keindahan dalam karya Allah inilah yang membuat kejatuhan kita begitu tragis dan menyebabkan kekecewaan dalam diri saya begitu mendalam.
Tapi Tuhan sendiri berniat untuk merenovasi kita, bukan hanya memperbaiki sebagian diri kita, tetapi membuat kita menjadi mahkluk yang baru, sehingga kita tidak larut dalam kekecewaan universal tetapi harapan yang tidak dapat dipadamkan.
Harapan yang tak terpadamkan dalam Injil
Kata Yesus : “kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah dan percayalah pada kabar baik”. Kabar baik yang kemudian diterjemahkan sebagai “GOSPEL” atau “INJIL” yakni bahwa dunia yang merosot ini bukan segala-galanya. Ada alam lain,yang disediakan bagi kita, dan itu senyata buku yang kita baca. Inilah yang menjadi harapan dan kekuatan bagi setiap orang yang percaya dan membawa kelegaan bahkan air mata.
Kenyataannya adalah bahwa kisah hidup kita adalah transformasi, Kita tidak akan selalu sama seperti sekarang ini, tetapi akan ada perubahan, entah menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Perlunya Menyimpang
Allah lah yang memegang semua kendali. Kadang dalam setiap rutinitas kita, kita perlu untuk sejenak melihat kehadiran Allah, apa yang Ia ingin tunjukan pada kita, atau Ia ingin kita melakukan apa. Walaupun kadang kita merasa panggilan yang Tuhan tunjukan terasa begitu berat, karena kita merasa kita terlalu lemah, Tuhan mau tetap memakai kita. Ia yang menjanjikan penyertaan bagi kita. Yang menjadi masalah adalah, apakah kita mau dengan sungguh percaya pada Dia dan membiarkan Ia yang menuntun kita? Apakah kita bukan lagi kita, tetapi Kristus yang hidup didalam kita?
Tujuan : Transformasi
Kemungkinan untuk berubah adalah inti dari harapan. Psikolog Aaron Beck berkata bahwa salah satu keyakinan paling beracun dalam hubungan antar manusia adalah keyakinan bahwa orang lain tidak bisa berubah. Morphing atau perubahan berarti pembentukan kodrat esensial manusia sejati dari dalam – pertumbuhan janin dalam tubuh ibunya.
Ketika berubah kita tidak hanya melakukan sesuatu seperti yang Yesus lakukan, tetapi kita akan menemukan diri kitaa ingin melakukan itu. Perbuatan itu menjadi menarik bagi kita. Kita tidak hanya berusaha melakukan apa yang benar, kita menjadi orang benar itu.
Tujuan utama dalam kehidupan rohani adalah perubahan atau transforamasi itu. Bukannya memastika orang tahu kemana setelah mati atau membantu mereka memiliki kehidupan jiwa yang lebih kaya, atau menekankan agar mereka mengetahui banyak informasi tentang Alkitab, walaupun ini bagus juga, tetapi tujuan utamanya adalah reklamasi umat manusia, yakni perubahan itu sendiri.
Bukan hanya dari aktivitas rohani saja kita belajar berubah, tapi sebenarnya Allah memakai setiap saat dalam hidup kita untuk membantu kita berubah. Namun apakah kita bisa melihat rencana Allah dalam setap waktu hidup kita? Inilah yang dikatakan oleh Elizabeth Barrent Browning : “Dunia penuh dengan (Kemuliaan) sorga, Dan setiap belukar menyala dengan Tuhan, Tapi hanya yang melihatnya melepaskan kasutnya – yang lain duduk di sekelilingnya dan memetik arbei”. Jadi apa yang akan kita pilih?
Studi kasus :
Dalam keadaan apapun, kita seharusnya melihat kemuliaan Allah yang nyata. Dalam kesukaran sekalipun seharusnya kita masih mampu membantu orang lain melihat Allah. Kita seharunya melihat betapa baiknya Allah yang selalu menyertai kita, dalam setiap hal dalam kehidupan kita, Dialah yang seharusnya menjadi kekuatan dan harapan bagi kita. Seperti sebuah lagu : “Jesus is all the world to me, my life, my joy, my all. He Is my strength from day to day, without Him I would fall. When I am sad, to Him I go, no other can cheer me so. When I am sad He makes me glad. He’s my friend”.
Sumber : “The Life You’ve Always Wanted"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar