Kirimkan bahan renungan ke : ibelseran@gmail.com
Untuk terus mengupdate page ini silahkan daftarkan alamat e-amil anda pada boxs "Join Us Here"

Minggu, 20 Maret 2011

Terkejut oleh perubahan – Tujuan kehidupan Rohani



Jika Anda jemu dengan beberapa bentuk ibadah, mungkin Tuhan sama jenuhnya dengan Anda.
Frank Laubach

“Kerohanian” yang salah dipahami atau dikejar 
Adalah sumber utama penderitaan manusia dan pemberontakan melawan Allah
Dallas Willard


Manusia yang tidak pernah Berubah
                Mudah tersinggung, suka mengkritik, suka mengeluh, menganggap pujian sebagai hal yang salah, ini semua akan mengurangi kapasitas kita untuk kagum, bersyukur dan bersukacita, jiwa kita akan bertambah kecil setiap tahun.

Apakah kita mengharapkan transformasi?
                Kadang sikap kita yang salah, yang tetap dipertahankan akan membuat orang lain terbiasa dan akhirnya bukan menjadi sesuatu yang mengherankan lagi jika kita melakukan hal yang sama. Dan lebih buruk lagi, itu sudah semacam hal diterima oleh orang-orang disekitar kita.
                Kita membutuhkan transformasi terus menerus, seperti yang dikatakan C.S. Lewis : “seperti anak lugu yang ingi terus membuat ke lumpur diselokan karena tidak bisa membayangkan apa artinya tawaran liburan ke laut. Kita terlalu mudah puas”.
                Inilah yang menjadi masalah bagi kita, terlalu mudah puas, dan tak heran bukannya berkembang tetapi akhirnya berubah semakin buruk dari sebelumnya.

Bahaya “transformasi semu”
                Bahaya besar yang mungkin terjadi jika kita tidak mengalami transformasi sejati adalah kita akan puas dengan apa yang disebut pseudo-transformasi – perubahan semu. Panggilan kita sebagai orang Kristen artinya dikuduskan bagi Allah, dengan komitmen dan iman yang ada seharusnya hidup kita berbeda dengan orang lain. Namun tak jarang jika kita tidak mengalami transforamsi sejati – perubahan dari dalam maka kita akan tergoda untuk mencari metode eksternal untuk memuaskan kebutuhan kita untuk merasa berbeda dengan mereka yang diluar. Kita akan puas hanya dengan sekedar memiliki pengetahuan atau dengan menyesuaikan diri.

Tanda Batas Kerohanian
                Kadang kelompok tertentu menggunakan ciri khas-fisik, gaya atapun cara berbicara sebagai tanda mana orang dalam dan mana orang luar. Ini  pula yang digunakan pada zaman dulu untuk membedakan siapa yang termasuk keluarga Tuhan dan siapa yang tidak – sunat, mengkuduskan hari sabat, makanan.
                Inilah yang disebut “tanda batas” atau identitas. Ini menjadi sangat parah jika  orang-orang menjadi sombong, angkuh dan cenderung menghakimi orang-orang luar. Mereka mempraktekan pendekatan “berorientasi batas” pada kehidupan rohani. Ini adalah pseudo transformasi – perubahan semu.

Kehidupan rohani ditentukan pada pusatnya
                Jika kita berpusat pada Allah, dengan sendirinya tanda-tanda batas itu akan kelihatan. Bukan sekedar tampilan fisik atau pun gaya hidup, tetapi yang lebih mendasar adalah apakah kita mengasihi Allah dan manusia ciptaan-Nya. Inilah yang menjadi dasar ajaran yesus : Kasihilah Allahmu dengan segenap akal dan budimu. (bdk : 1 Kor 13 : 1, 1 Yoh 4 : 7-8)

Tanda-tanda batas pada jaman Kita
                Pendekatan berorientasi pada batas-batas pada kerohanian memusatkan perhatian pada posisi orang. Apakah orang dalam atau luar. Banyak tanda batas yang dipakai hanya sekedar menunjukan perbedaan tanpa tahu makna yang sesungguhnya dibalik tanda itu tapi Yesus secara konsisten memusatkan perhatian-Nya pada hati manusia. Apakah hati mereka berorientasi dan bergerak ke arah pusat kehidupan rohani (kasih pada Allah dan manusia), atau menjauh dari sana.
                Ini adalh ironinya : “orang-orang benar” lebih rusak karena kebenarannya dari pada orang-orang berdosa karena dosanya”

Distorsi Kerohanian
                Salah mengerti tentang kerohanian sejati menyebabkan kerusakan yang parah bagi kehidupan kekristenan. Dallas Willard menulis :
Berapa banyak orang yang secara radikal dan permanen menolak Jalan yang benar karena melihat orang Kristen yang tidak punya  perasaan, kaku, tidak bisa didekati, membosankan, tidak bersemangat, obsesif, dan selalu mengeluh? Namun orang-orang Kristen seperti itu ada dimana-mana, dan yang mereka lewatkan adalah kehidupan utuh yang bersumber pada keseimbangan antara vitalitas dan kebebasan aturan kasih Allah… Kerohanian yang dipahami atau dikejar secara salah adalah sumber utama penderitaan manusia dan pemberontakan melawan Allah.

Tanda-tanda peringatan tentang Pseudo-transformasi :
Apakah saya “palsu” rohani?

“Celakalah kamu…sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan” (Mat 23 : 25)

                Kepalsuan melibatkan usaha keras untuk tampak rohani. Kadang kita mencoba melakukan dan mengatakan hal-hal yang kedengarannya rohani, bahkan ketika kita tidak tahu apa yang kita katakan.

Apakah saya menjadi suka menghakimi, eksklusif atau sombong?
“Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat”
(Mat 23 : 6)
                Kesombongan adalah masalah serius bagi pertumbuhan kerohanian kita. Begitu kita mulai berusaha mengejar satu sifat baik, kita mulai bertanya-tanya mengapa orang lain tidak sebaik kita.. Seperti yang dikatakan San Juan de la Cruz (teolog spanyol) :
“Ketika para pemula menyadari semangat dan kerajinan mereka sendiri dalam pekerjaan rohani dan latihan-latihan ibadah, kekayaan baru ini membangkitkan rasa sombong tersembunyi… Mereka memiliki kepuasan tertentu ketika mereka merenungkan pekerjaan mereka dan diri mereka sendiri… Dalam hati mereka menghakimi orang lain ketika mereka melihat orang lain itu tidak bersungguh-sungguh dalam cara hidup mereka”.
               
                Inilah mengapa seringkali Tuhan membentuk kita dengan cara yang tersembunyi, agar kita tidak menyombongakannya didepan orang lain yang mungkin juga sedang diproses. Jean Caussade berkata bahwa walaupun Tuhan selalu bekerja didalam kita, seringkali karya-Nya “dibentuk, tumbuh dan diselesaikan diam-diam dalam jiwa manusia tanpa mereka sadari”
Apakah saya lebih mudah atau lebih sukar didekati?
Mereka suka dipanggil Rabi (Mat 23 : 7)
                Kadang orang-orang berpikir bahwa untuk menjaga kerohanian mereka yakni dengan menjaga jaraj dari orang-orang berdosa. Ini bertentangan dengan Yesus sendiri, dimana kita tahu Ialah yang paling dapat disentuh oleh orang-orang berdosa pada jamannya.

Apakah saya makin letih untuk mencapai pertumbuhan rohani?
“Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakannya diatas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. (Mat 23 : 4)
                Pekerjaan kebenaran selalu merupakan pengajaran yang melelahkan jika yang dicari adalah tujuan yang menyimpang. “mengintimidasi dan sekaligus Menjemukan” adalah tanda kehidupan rohani yang didefenisikan dengan istilah tanda-tanda batas. Mengintimidasi karena bisa melibatkan tiga puluh Sembilan peraturan terpisah tentang hari sabat saja. Menjemukan karena bisa saja mengabdikan hidup untuk mematuhi peraturan tersebut namun tidak pernah membuka hati untuk kasih dan sukacita.
                Itulah sebabnya orang didalam gereja sering merasa lelah dan letih serta bosan dengan pelayanannya. Karena sering hanya ingin melebur dengan tanda batas,bukannya memahami visi yang lebih dalam dari pada itu.

Apakah saya mengukur kehidupan kerohanian saya dengan cara-cara superficial?
“Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk dari matamu kamu tapiskan, tapu unta kamu telan”
(Mat 23 : 24)
                Hal-hal seperti membaca Alkitab dan berdoa, bersaat teduh tentu saja penting. Tapi ini bukanlah hal-hal utama yang harus dikejar. Seperti membuat kita merasa sangat rohani jika kita melakukannya secara rutin dan teratur. Memang ini penting untuk menuntun kita tetapi Allah, yang kaya dengan rahmat, oleh karena Kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya pada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita” (Efesus 2 : 4-5)
                Kristus datang membantu kita bahkan ketika kita melakukan kesalahan. Seperi ceritera putri tidur, dimana para bajang(kurcaci) dalam cerita ini mereka memberikan rumah mereka dan mempertaruhkan hidup mereka bagi seorang gadis bodoh yang makan buah yang terlarang dan tertidur, menghancurkan hati mereka. Dan kertika seorang pangeran datang dan membangunkanya dengan ciuman, dan pergi bersamanya tanpa rasa sesal. Tapi tentu saja memang harusnya begitu. Demikian pula dengan kita. Kita semua jatuh dalam kutuk karena sudah makan buah terlarang itu, tapi sang Pangeran akan tetap datang, memberikan kita kebebasan dari kutuk dari kematian. Sang pangeran tetap datang untuk mencium mempelainya dan di suatu saat disuatu tempat, seorang lagi terbangun, dan ketika itu terjadi itulah kehidupan.


Sumber : “The Life You’ve Always Wanted"

Tidak ada komentar: